Dusun Bendet yang ada di desa Pagerngumbuk, kecamatan Wonoayu, Sidoarjo itu tampak sepi dari aktivitas anak-anak. Padahal, di kampung tersebut terdapat banyak sekali anak-anak usia sekolah.
Namun, sejak maraknya penggunaan gadget di kalangan anak-anak, membuat kampung tersebut menjadi sepi. Sebabnya adalah karena, sebagian besar anak-anak lebih suka nongkrong di warung kopi untuk nebeng WiFi gratisan demi bisa main game online atau menikmati konten-konten dari sosial media yang seharusnya belum saatnya mereka akses.
Image from Jayakarta News |
Tak hanya mengalihkan perhatian anak-anak. Gadget yang semakin akrab dengan anak-anak tersebut juga membuat anak-anak cenderung menjadi individualis dan anti sosial. Akibatnya, anak-anak lebih suka mengurung diri di rumah sambil bermain gadget daripada bermain di jalanan atau di lapangan serta mengenal teman-teman sekampungnya.
Bahkan, tidak sedikit anak-anak yang sudah kecanduan hingga sulit lepas dari gadget. Tidak hanya mengganggu aktivitas belajarnya dan waktu istirahat anak-anak, aktivitas bermain gadget yang berlebihan juga kerap membuat anak-anak mengalami penurunan kesehatan fisik maupun mental.
Sepinya kampung dari hiruk pikuk dan keceriaan anak-anak kecil yang bermain kejar-kejaran di lapangan atau menyanyikan lagu "hompimpah alaihum gambreng," membuat Achmad Irfandi merasa masygul.
Betapa tidak, zaman sekarang berbeda sekali dengan masa kecilnya dulu. Kalau dulu, semasa ia masih kecil, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan teman-teman sebayanya.
Mulai dari bermain kejar-kejaran hingga memainkan berbagai permainan tradisional seperti, lompat tali, main egrang, main congklak, atau main layang-layangan.
Berangkat dari keresahan tersebut, Achmad Irfandi berinisiatif untuk mengajak anak-anak bermain di luar tanpa gadget.
Untuk merealisasikan inisiatif tersebut, Achmad Irfandi teman-temannya yang sepemikiran mencoba untuk mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget pada tahun 2018.
Kampung Lali Gadget (KLG) yang diinisiasi oleh Achmad Irfandi dan kawan-kawannya berlokasi di Dusun Bandet, desa Pagerngumbuk, kecamatan Wonoayu, Sidoarjo.
Kampung Lali Gadget sendiri adalah lahan bermain yang digunakan oleh Ahmad Irfandi dan teman-teman dari karang taruna untuk mengenalkan permainan-permainan tradisional kepada anak-anak yang ada di desanya. Harapannya tidak muluk-muluk. Asalkan anak-anak mau bermain dan mengenal satu sama lain serta belajar bersama, hal itu dirasa cukup dan akan berdampak positif.
Karena walau bagaimanapun, menurut Achmad Irfandi, zaman modern memang tidak lepas dari teknologi komunikasi seperti gadget. Akan tetapi, sayang sekali banyak pengguna gadget, terutama di kalangan anak-anak, yang hanya memanfaatkannya untuk bersenang-senang dan melakukan aktivitas yang konsumtif, daripada menggunakannya untuk memperoleh informasi atau hal-hal yang bersifat edukatif.
"Jadi Kampung Lali Gadget (KLG) ini berawal dari keresahan saya yang melihat anak-anak kecanduan gadget. Mereka nggak pulang-pulang dari warung kopi cuma untuk cari WiFi. Kemudian, karakternya juga berubah, begitu pula dengan kesehatannya yang juga terpengaruh akibat gadget. Itu kan sebenarnya masalah besar tapi tidak dianggap penting. Hampir semua orang tua punya masalah itu, tapi tidak dianggap penting karena bukan isu besar." Papar Irfandi.
Karena itulah, Ahmad Irfandi tertarik untuk memperkenalkan permainan tradisional. Karena menurutnya, berbagai permainan tradisional memiliki banyak manfaat. Bahkan, tidak sedikit dari permainan-permainan tersebut yang membawa nilai-nilai budaya yang baik.
"Sesuatu yang sederhana bisa sangat memberi pelajaran. Itulah yang dinamakan pembelajaran aktual." Imbuhnya.
Konsep Kampung Lali Gadget
Konsep yang diterapkan pada Kampung Lali Gadget (KLG) sebenarnya sangat sederhana. Setiap anak atau siapapun yang berada di wilayah KLG tidak diperkenankan membawa atau menggunakan gadget. Entah itu smartphone ataupun laptop.
Pokoknya, asal berada di kawasan KLG anak-anak hanya boleh bermain dengan memanfaatkan semua sarana prasarana yang tersedia di sana.
Sebelum berkembang seperti sekarang, KLG tidak begitu saja didukung oleh masyarakat desa. Karena banyak warga desa yang merasa ragu mempertanyakan tujuan sebenarnya dari pembuatan KLG yang yang memanfaatkan lahan kampung tersebut.
Akan tetapi, meskipun warga kampung tidak sepenuhnya mendukung, namun warga kampung juga tidak menolak kehadiran KLG. Pasalnya, masih banyak warga takut apabila pembangunan Kampung Lali Gadget ini akan menyebabkan terganggunya kenyamanan warga akibat riuh-rendahnya anak-anak yang bermain.
Meski menemukan kendala yang tidak mudah, namun Irfandi tetap berpegang teguh pada tujuan awal ia mendirikan Yayasan Kampu Lagi Gadget ini. Karena ia percaya, segala sesuatu membutuhkan proses.
Berkat kegigihannya, perlahan warga pun memberikan restu dan mulai mendukung pembangunan KLG tersebut yang memanfaatkan lahan perkampungan dengan luas sekitar setengah hektar. Lahan itu sendiri jenisnya cukup beragam. Ada yang berupa lahan perkebunan, tanah lapang, hingga area persawahan.
Lambat laun, dukungan tak hanya diperoleh dari warga sekitar, tapi banyak juga volunter muda yang berdatangan dari kampung tetangga atau berbagai daerah lainnya. Mereka datang untuk mengisi waktu bermain bersama anak-anak. Sehingga, semakin banyak anak-anak yang tertarik untuk bermain di Kampung Lali Gadget.
Menurut penuturan Irfandi, pada awal-awal didirikan, kegiatan di KLG lebih banyak dibantu oleh warga lokal seperti pemuda karang taruna bahkan hingga para petani.
Selain menyediakan tempat bermain dan media bermain yang sifatnya tradisional maupun edukatif, KLG juga fokus membangun setahap demi setahap fasilitas dan sarana edukasi seperti gubuk literasi.
Gubuk literasi tersebut tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai tempat bermain tapi juga, bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk menimba ilmu dan memperoleh pendidikan melalui aktivitas membaca buku yang memang disediakan di gubuk literasi tersebut.
Saat ini, selain Gubug Baca (Literasi) yang dibangun pada tahun 2018, dibangun pula gubuk baru pada tahun 2020 dan pendopo pada tahun 2021.
Melestarikan Permainan Tradisional
Untuk menarik minat anak-anak agar mau bermain di Kampung Lali Gadget, Irfandi dan kawan-kawannya getol mengajak anak-anak untuk bermain dan beraktivitas di alam serta memainkan permainan permainan tradisional.
Selain bertujuan untuk memperkenalkan permainan tradisional tersebut kepada anak-anak, hal tersebut juga bertujuan untuk melestarikan permainan tradisional yang sebagian besar sudah mulai dilupakan dan kalah bersaing dengan gadget.
Selain bermain dan bersenang-senang, anak-anak juga dilatih untuk berkreasi membuat mainan-mainan tradisional yang bahannya diambil dari alam.
Selain untuk melestarikan budaya mainan tradisional, Irfandi juga berharap kreativitas membuat mainan-mainan tradisional tersebut bisa membangun karakter dan meningkatkan kreativitas anak-anak.
Melalui berbagai permainan dan mainan tradisional ini, Irfandi berharap anak-anak bisa mengambil nilai-nilai luhur dari kesederhanaan permainan tersebut. Seperti, membangun sikap saling menghargai, tepo seliro, toleransi, sikap sederhana, dan cinta pada budaya Indonesia.
Meski demikian, kehadiran Kampung Lali Gadget ini tidak dimaksudkan untuk melupakan gadget sepenuhnya. Karena walau bagaimanapun, gadget adalah bagian dari perkembangan zaman dan tetap dibutuhkan sebagai pendukung untuk mencapai masyarakat yang makmur.
Achmad Irfandi Menerima Penghargaan SATU Awards 2022
Atas inisiatifnya membangun Kampung Lali Gadget yang bisa memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental maupun fisik anak-anak yang sebagian besar mulai kecanduan oleh gadget, dan, dampaknya terhadap kelestarian budaya maupun permainan tradisional, membuat PT Astra International Tbk (Astra) melalui 13th SATU Indonesia Awards 2022 mendapuk Achmad Irfandi sebagai salah satu penerima Award untuk kategori Bidang Pendidikan.
No comments:
Post a Comment